Judul
Buku : La Tahzan for Broken Hearted Muslimah
Penulis
: Asma Nadia, dkk
Penerbit
: Lingkar Pena Publishing
Tahun
Terbit : 2008
Jumlah
Halaman : 214
1.
My Stupid Love at First Sight (Dewi Rieka)
Lagi-lagi
Dedew menunjukkan kemahirannya berkocak-ria. Setting di Palembang yang
membuatnya lain dari kisah-kisah cinta remaja pada umumnya kian melengkapi
keelokan tulisan ini. Seraya menuai hikmah, saya tergelak-gelak dari awal
sampai akhir. Dedew mengajak kita menertawakan diri sendiri dengan segala
keluguan dan kenekadannya. Salah satu istilah yang menempel dalam benak saya
adalah sebutan Dewi Meranggas. Di sini Dedew bertutur lebih lancar dibandingkan
esai satunya, Jatuh Cinta Berjuta Rasanya.
2.
Erlang (Intan Arifin)
Semenjak
menyimak behind the scene-nya menurut Mbak Intan sendiri di milis
pembacaanadia, saya sudah terdorong untuk membaca esai ini lebih dulu. Tepatlah
jika pengalaman Mbak Intan diletakkan paling muka. Saya trenyuh, terhanyut
dalam
keelokan
pemaparannya, keterbukaannya yang lembut, sehingga halaman demi halaman
ternikmati tanpa merasa letih karena panjangnya cerita.
3.
Cintaku Putus Nyambung (Dyotami)
Saya
menyukai tulisannya yang senantiasa segar seperti yang dituangkan Dyo dalam The
Real Dezperate Housewives dahulu. Ada semangat dalam kisah ini. Salah satu yang
menjadikan buku La Tahzan for Broken Hearted cocok dikonsumsi wanita dewasa
maupun remaja.
4.
Keping-keping Puzzle (Novi Khansa')
Nopi
bukan hanya sukses menjiwai struktur tulisan khas buku-buku Mbak Asma, tetapi
bercerita dengan lirih tanpa merintih-rintih. Ibarat tangisan, airmata yang
tumpah tak sampai membanjiri lantai. Pemaparan kesedihan yang proporsional dan
relevan dengan judulnya. Membuat saya membayangkan cinta yang berserakan
(karena pecah).
Selebihnya,
para kontributor mengisahkan kegagalan masing-masing. Pengalaman teman yang
gagal taaruf berkali-kali, terjebak cinta pada lelaki beristri, bertepuk
sebelah tangan, atau dibiarkan terkatung tanpa keputusan jelas. Semua
mengandung pelajaran betapa cinta kadang mampu membutakan akal sehat dan
ditutup dengan uraian Mbak Asma berikut hadits-hadits yang sesuai.
Kekurangan
buku berkaver indah ini adalah banyaknya salah cetak. Diflap sampul depan sudah
tampak nama Dedew menjadi Dewi Rieke. Pada profil penulis, misalnya,
judul-judul karya tidak dimiringkan. Huruf besar-kecil pun kerap terlewat.
Namun yang paling mengganggu adalah akhir tulisan Dian Ibung yang tampak belum
selesai karena kalimat menggantung 'Betapa Indahnya Ramadhan ketika aku
menyiapkan sahur untuk suami dan anak-anak..'(halaman 27).
Secara
keseluruhan, La Tahzan for Broken Hearted Muslimah menawarkan aneka rasa dalam
kegagalan cinta dan memperoleh teman hidup idaman. Merangkum duka, membuat
merinding, menggeleng-geleng dan mengangguk-angguk pada saat berdekatan. Sebuah
buku yang patut dibaca
berulang-ulang.
Ebook
Disini :