Judul
Buku: Berjuang di Tanah Rantau
Penulis
: Ahmad Fuadi dkk
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Tahun
Terbit : 2013
Tebal
Buku: 180 halaman
Merantaulah.
Gapailah setinggi-tingginya impianmu. Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan
untukmu; melipur duka, memulai penghidupan baru, memperkaya budi, pergaulan
yang terpuji, dan meluaskan ilmu.
Syair
di atas diadaptasi dari bait-bait Imam Syafi'i. Banyak sekali mereka yang
berhasil meraih mimpinya digapai di tanah rantau. Dari penuturan Imam Syafi'i
tersebut dengan jelas dapat kita ketahui bahwa ada banyak hal yang musti
didapat oleh perantau. Paling tidak ada lima. Pertama, sebagai pelipur lara.
Seperti yang dikisahkan Awiek Libra dalam buku ini. Kegusaran hatinya
dilepaskan dengan pergi ke Hongkong (hlm. 130).
Awiek
merasa malu. Ibunya melahirkan adiknya yang kelima. Padahal keadaan ekonominya
sangat tidak mendukung. Rumahnya masih terbuat dari gedek bambu. Dengan hati
dongkol Awiek pergi merantau ke negeri yang bahasanya sama sekali tak dapat
dimengerti. Alasannya agar ekonomi keluarganya sedikit membaik. Keharmonisan
sosial akan terbentuk manakala komunikasinya terjalin lancar.
Kisah
Ilham Maulana lain lagi. Ilham berniat merantau guna melanjutkan jenjang
pendidikannya di bidang kimia. Lambatnya kedatangan nilai TOEFL yang awalnya
membuatnya putus asa ternyata menyimpan seribu hikmah. Awalnya Ilham bermaksud
melanjutkan pendidikannya di Australia. Tetapi takdir berkata lain. Ilham merantau
ke Jerman dan langsung ke S3 karena nilai akademiknya lebih dari rata-rata.
Awalnya
Ilham sudah putus asa karena proyek laboratoriumnya tidak kunjung menghasilkan
kemajuan nyata. Sebulan lagi dia harus melaporkan perkembangan penelitiannya.
Jika tidak, alokasi beasiswanya bisa dicabut. Semangat sudah luntur, niat
mundur telah muncul. Saat itulah dia berkonsultasi dengan Prof. Eva, mentornya.
Ilham mendapat angin segar setelah menemukan sebutir kristal dari tabung reaksi
kecil yang sebulan lalu dipakainya (hlm. 15).
Hal
yang tak terduga ini ternyata merupakan pintu awal menuju kesuksesannya.
Ternyata butiran kristal itu termasuk dari penemuan baru, senyawa baru dalam
kimia yang belum pernah terpola. Setelah lulus dari Jerman. Wajah Australia
semakin jelas. Ingin sekali Ilham menambah pengetahuannya di sana. Tak dinyana,
lagi-lagi ilham mendapat bintang jatuh. Ada tawaran dari Prof. Eva untuk
membantu penelitian Prof. Wild di The Australian National University.
Tercapailah mimpi Ilham untuk menginjakkan kakinya di Australia sebagai
peneliti bukan pelajar.
Menjalani
kehidupan di negeri rantau memang rentan dengan tantangan. Inilah yang akan
menjadikan pribadi semakin mapan. Berani menatap masa depan yang suram,
merubahnya menjadi terang tak sekadar temaram. Indonesia sebagai Negara tropis
sering kali membuat jetlag warganya yang merantau. Musim tidak hanya kemarau
dan penghujan, bertambah dengan musim dingin dan musim semi. Bukan masalah
sepele menghadapi musim yang suhunya mencapai minus 24 derajad.
Perjalanan
dinas ke luar negeri memang selalu menjadi impian setiap orang. tetapi tidak
semuanya nyaman dijalanai. Rinto Priambodo harus ekstra keras melawan hawa
dingin di Mongolia. Lembar-lembar pakaian harus dikenakannya tiap hari. tanpa
pakaian khusus musim dingin, seseorang akan tetap merasakan dingin walau pun
sudah memakai lima rangkap pakaian.
Masalah
penerbangan juga menjadi kendala bagi perantau yang dalam misi proyek atau
kerja bertempo. Rinto harus menunggu pesawat lebih dari 24 jam dalam
perjalanannya menuju Mongolia, pulangnya pun juga begitu. Patner Rinto merasa
tidak tahan dengan dinginnya yang mengigit tulang. Apa boleh dikata, proyek
yang dikerjakannya tak kunjung selesai. Siang dan malam Rinto mengerjakannya.
Siang di tempat klien, malamnya di apartemen (hlm. 51).
Masalah
makan juga menjadi kendala. Walaupun tempo waktu selalu ditambah dan ditambah,
akhirnya proyek kerjanya selesai juga dan dapat lagi berkumpul dengan
keluarganya di tanah kelahirannya. Merantau dapat menambah rasa cinta pada
keluarga dan Ibu Pertiwi.
Dari
tiga belas kisah yang dipaparkan dalam buku ini, ada satu poin yang sama. Yaitu
kegigihan para perantau dalam kegiatan hariannya guna meraih impian. Semangat
juang yang ditampilkan tidak sekadar cerita belaka. Semangat inilah kiranya
yang ingin disematkan dalam diri pembaca. maka tidak salah jika Ahmad Fuadi
menamainya sebagai portet inspiratif para perantau di tanah rantau.
Juga
tidak ketinggalan adalah kesadaran para perantau bahwa tanpa bantuan Sang
Ilahi, semua tak akan berjalan lancar. Keyakinan dan keimanan para perantau di
sini sangat kuat. Mereka rela meninggalkan hangatnya kasur, meraih sejuknya
ibadah pada Tuhan. Tidak jarang mereka diam-diam saat melaksanakan ibadah,
terutama shalat lima waktu. Ketangguhan iman benar-benar teruji manakala kita
berada dalam lingkungan yang berbeda.
Tidak
salah jika buku berjudul Berjuang di Tanah Rantau ini masuk dalam kategori man
jadda wajada series. Membaca buku ini akan melahirkan aura semangat baru dalam
menjalani hidup. Pula akan menambah rasa cinta pada sang pencipta. Harus
diyakini bahwa Allah adalah tuhan yang maha tidak merepotkan. Karena segala
persoalan telah disediakan solusinya. Dan semua itu akan mudah didapat jika
kita benar-benar bersungguh-sungguh meraihnya.
Ebook
Disini