Judul Buku : Critical Eleven
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :
Jumlah Halaman :
Review Buku Critical Eleven:
Critical Eleven bercerita tentang kisah romantis Ale dan Anya, lengkap dengan permasalahan yang menghampiri hidup mereka setelah satu tragedi besar itu datang. Rasa marah, bimbang, sedih, kecewa, ragu, rindu setelah kejadian duka itu membawa mereka pada memori beberapa tahun lalu, dimana segalanya masih terasa indah, bahkan nyaris sempurna. Kehidupan yang didambakan setiap pasangan, romantisme suami istri yang membuat pembaca iri.
Lalu, kenapa tiba-tiba segala rasa cinta itu menjadi rumit bagi mereka berdua?? Critical Eleven diceritakan dengan 2 sudut pandang, Ale dan Anya, membuat pembaca dapat mengenal kedua karakter dengan semakin dalam, apa yang ada di pikiran mereka dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut bereaksi dapat tegambar secara detail.
Kisah ale dan Anya dimulai dari sebuah pertemuan di Bandara, dalam penerbangan Jakarta – Sydney. Profesi mereka menuntut untuk selalu bersedia berpergian antar kota bahkan negara. Aldebaran Risjad seorang Petroleum Engineer, sedangkan Tanya Baskoro seorang Management Consultant. Saat itu, Anya tak menyangka bahwa penumpang yang duduk disebelahnya adalah seorang laki-laki charming, berbeda dari sebelum-sebelumnya. Tak hanya memiliki penampilan yang menarik, rupanya Ale memiliki daya tarik yang membuat Anya betah untuk berlama-lama ngobrol bersamanya, begitupun yang dirasakan Ale terhadap Anya.
Setelah memiliki nomor telpon Anya, Ale tak langsung menghubunginya, lantaran pekerjaanya di lepas pantai yang membuatnya jauh dari kehidupan nyatanya. Ale baru bisa
menghubungi Anya setelah sebulan kemudian tiba di Indonesia. Pertemuan demi pertemuan membuat Ale mengagumi Anya. Anya memiliki senyum yang mempesona, cantik, cerdas, caring, dan Ale yakin segala sosok ibu untuk anak-anaknya kelak ada di diri
Anya. Anya pun melihat Ale sebagai sosok lelaki yang suamiable, yang mana bertanggung jawab, bijaksana, setia, matang dll. Kemudian mereka pun menikah.
Kehidupan setelah menikah banyak mereka lalui di New York City. Pekerjaan Anya mengharuskan mereka hijrah selama setahun di salah satu kota teromantis di dunia. NYC adalah saksi moment-moment tebaik dalam perjalanan hidup Anya dan Ale sebagai suami istri. Segala kisah cinta terbaik yang bisa dibayangkan terjadi karena itu di New York. *I mean, New York gitu loh..
Meskipun pekerjaan Ale mengharuskan mereka untuk menjalani LDR, menyesuaikan dengan rotasi kerja Ale yang 5 minggu di offshore / 5 minggu libur, namun Ale dan Anya dapat mengatasinya.
Kebahagiaan mereka semakin lengkap setelah Anya hamil. Layaknya pasangan suami istri yang sedang bahagia menyambut anak petama, Anya dan Ale pun mempersiapkan segala-nya untuk si calon bayi yang akan mereka namakan Aidan Athaillah Risjad. Setiap libur, Ale menghabiskan waktunya bersama Anya dan mendekor kamar Aidan. Nggak kalah bersemangat, Anya bumil juga melengkapi kamar Aidan dengan perlengkapan bayi, Anya dapat membayangkan tubuh mungil Aidan mengenakan baju-baju bayi lucu itu, yang jumlahnya sudah lebih dari 100. Kaki kecil Aidan juga akan terlihat semakin menggemaskan dengan beberapa pasang sepatu yang sudah Anya siapkan.
Namun tak lama, setelah kandungan Anya menginjak 9 bulan, kebahagiaan itu sirna. Aidan lahir dalam keadaan tak bernyawa. Mereka sangat berduka atas tragedi itu, terlebih ketika Ale mengatakan “Mungkin kalau dulu kamu nggak terlalu sibuk, Aidan masih hidup, Nya”. Sontak Anya merasa sakit hati dengan perkataan Ale yang seolah-olah menganggap bahwa ia penyebab meninggalnya Aidan.
Tragedi meninggalnya Aidan dan perkataan Ale membuat mereka semakin berjarak. Terlebih setelah Anya memutuskan untuk tidur di kamar terpisah, tidak ada lagi kehangatan dalam rumah tangga mereka. Tidak ada lagi romantisme antara Ale dan Anya, yang ada hanya kepingan memori pada kejadian-kejadian tertentu yang membuat mereka kembali mengingat masa-masa bahagia sebelum meninggalnya Aidan.
Sementara Ale sangat menyesal karena telah melontarkan kalimat itu. Waktu tak dapat diputar kembali, begitupun kata yang sudah terucap tak dapat ditarik kembali. Setiap kembali ke Jakarta setelah pulang dinas, tak ada lagi Anya yang ceria menyambutnya, segala percikan-percikan itu redup. Namun, Ale tak kenal lelah berusaha meraih hati istrinya kembali.
Sampai pada suatu malam, setelah surprise ulang tahun Ale yang direncakan oleh Harris membawa mereka pada kerinduan satu sama lain, kerinduan akan hubungan suami istri yang sudah lama hilang. Jika Ale menganggap itu pertanda baik untuk rujuk kembali dengan Anya, sebaliknya Anya malah takut menerima kenyataan bahwa sebenarnya pun Ia masih menginginkan Ale. Anya merasa bahwa hatinya telah berkhianat. Bisakah Anya memaafkan Ale? Bagaimana Ale merebut hati istrinya kembali?
Ebook Klik Disini:
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :
Jumlah Halaman :
Review Buku Critical Eleven:
Critical Eleven bercerita tentang kisah romantis Ale dan Anya, lengkap dengan permasalahan yang menghampiri hidup mereka setelah satu tragedi besar itu datang. Rasa marah, bimbang, sedih, kecewa, ragu, rindu setelah kejadian duka itu membawa mereka pada memori beberapa tahun lalu, dimana segalanya masih terasa indah, bahkan nyaris sempurna. Kehidupan yang didambakan setiap pasangan, romantisme suami istri yang membuat pembaca iri.
Lalu, kenapa tiba-tiba segala rasa cinta itu menjadi rumit bagi mereka berdua?? Critical Eleven diceritakan dengan 2 sudut pandang, Ale dan Anya, membuat pembaca dapat mengenal kedua karakter dengan semakin dalam, apa yang ada di pikiran mereka dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut bereaksi dapat tegambar secara detail.
Kisah ale dan Anya dimulai dari sebuah pertemuan di Bandara, dalam penerbangan Jakarta – Sydney. Profesi mereka menuntut untuk selalu bersedia berpergian antar kota bahkan negara. Aldebaran Risjad seorang Petroleum Engineer, sedangkan Tanya Baskoro seorang Management Consultant. Saat itu, Anya tak menyangka bahwa penumpang yang duduk disebelahnya adalah seorang laki-laki charming, berbeda dari sebelum-sebelumnya. Tak hanya memiliki penampilan yang menarik, rupanya Ale memiliki daya tarik yang membuat Anya betah untuk berlama-lama ngobrol bersamanya, begitupun yang dirasakan Ale terhadap Anya.
Setelah memiliki nomor telpon Anya, Ale tak langsung menghubunginya, lantaran pekerjaanya di lepas pantai yang membuatnya jauh dari kehidupan nyatanya. Ale baru bisa
menghubungi Anya setelah sebulan kemudian tiba di Indonesia. Pertemuan demi pertemuan membuat Ale mengagumi Anya. Anya memiliki senyum yang mempesona, cantik, cerdas, caring, dan Ale yakin segala sosok ibu untuk anak-anaknya kelak ada di diri
Anya. Anya pun melihat Ale sebagai sosok lelaki yang suamiable, yang mana bertanggung jawab, bijaksana, setia, matang dll. Kemudian mereka pun menikah.
Kehidupan setelah menikah banyak mereka lalui di New York City. Pekerjaan Anya mengharuskan mereka hijrah selama setahun di salah satu kota teromantis di dunia. NYC adalah saksi moment-moment tebaik dalam perjalanan hidup Anya dan Ale sebagai suami istri. Segala kisah cinta terbaik yang bisa dibayangkan terjadi karena itu di New York. *I mean, New York gitu loh..
Meskipun pekerjaan Ale mengharuskan mereka untuk menjalani LDR, menyesuaikan dengan rotasi kerja Ale yang 5 minggu di offshore / 5 minggu libur, namun Ale dan Anya dapat mengatasinya.
Kebahagiaan mereka semakin lengkap setelah Anya hamil. Layaknya pasangan suami istri yang sedang bahagia menyambut anak petama, Anya dan Ale pun mempersiapkan segala-nya untuk si calon bayi yang akan mereka namakan Aidan Athaillah Risjad. Setiap libur, Ale menghabiskan waktunya bersama Anya dan mendekor kamar Aidan. Nggak kalah bersemangat, Anya bumil juga melengkapi kamar Aidan dengan perlengkapan bayi, Anya dapat membayangkan tubuh mungil Aidan mengenakan baju-baju bayi lucu itu, yang jumlahnya sudah lebih dari 100. Kaki kecil Aidan juga akan terlihat semakin menggemaskan dengan beberapa pasang sepatu yang sudah Anya siapkan.
Namun tak lama, setelah kandungan Anya menginjak 9 bulan, kebahagiaan itu sirna. Aidan lahir dalam keadaan tak bernyawa. Mereka sangat berduka atas tragedi itu, terlebih ketika Ale mengatakan “Mungkin kalau dulu kamu nggak terlalu sibuk, Aidan masih hidup, Nya”. Sontak Anya merasa sakit hati dengan perkataan Ale yang seolah-olah menganggap bahwa ia penyebab meninggalnya Aidan.
Tragedi meninggalnya Aidan dan perkataan Ale membuat mereka semakin berjarak. Terlebih setelah Anya memutuskan untuk tidur di kamar terpisah, tidak ada lagi kehangatan dalam rumah tangga mereka. Tidak ada lagi romantisme antara Ale dan Anya, yang ada hanya kepingan memori pada kejadian-kejadian tertentu yang membuat mereka kembali mengingat masa-masa bahagia sebelum meninggalnya Aidan.
Sementara Ale sangat menyesal karena telah melontarkan kalimat itu. Waktu tak dapat diputar kembali, begitupun kata yang sudah terucap tak dapat ditarik kembali. Setiap kembali ke Jakarta setelah pulang dinas, tak ada lagi Anya yang ceria menyambutnya, segala percikan-percikan itu redup. Namun, Ale tak kenal lelah berusaha meraih hati istrinya kembali.
Sampai pada suatu malam, setelah surprise ulang tahun Ale yang direncakan oleh Harris membawa mereka pada kerinduan satu sama lain, kerinduan akan hubungan suami istri yang sudah lama hilang. Jika Ale menganggap itu pertanda baik untuk rujuk kembali dengan Anya, sebaliknya Anya malah takut menerima kenyataan bahwa sebenarnya pun Ia masih menginginkan Ale. Anya merasa bahwa hatinya telah berkhianat. Bisakah Anya memaafkan Ale? Bagaimana Ale merebut hati istrinya kembali?
Ebook Klik Disini: